Tahun ini, tanggal 19 sampai 21 Agustus lalu, jadi waktu pertama kalinya saya ke Lombok. Rencana itu baru tercetus sekitar seminggu sebelum lebaran, jadi persiapannya pun agak heboh dan instan. Dengan bermodalkan uang THR anak kuliahan dan informasi yang didapat dari internet, akhirnya terlaksana juga perjalanan mandiri saya ke sana.
Trip terbaru: Backpacker Lombok (Malimbu - Pantai Lombok Selatan)
Saya pergi bersama adik perempuan saya--yang kebetulan juga masih libur sebelum masuk kuliah. Kita berdua naik pesawat dari Jakarta ke Praya, Lombok. Untuk urusan pesawat mungkin bisa diabaikan, soalnya kita cuma ngeluarin uang Rp75.000 untuk airport tax pesawat pulang pergi per penumpang, selebihnya naik pesawat Garuda Indonesia gratis!
Kebetulan kita dapat jadwal keberangkatan pukul 05.50 pagi, jadi dari jam tiga subuh kita sudah siap-siap jalan ke terminal Rambutan untuk naik DAMRI. Sekitar jam sembilan Waktu Indonesia Tengah, kita sampai di Bandara Internasional Lombok yang dibangun 2010 lalu.
Begitu selesai ambil barang bagasi, kita langsung jalan menuju pintu kedatangan. Sebelum lewat pintu utama, kita sudah menemukan stand-stand agen perjalanan dan transportasi seperti taksi dan bus. Sama halnya saat di luar, beberapa bapak-bapak langsung datang menawarkan kami taksi, tapi kami menolak karena kami hendak memilih Bus Damri.
Di belakang stand promosi pariwisata lokal (lupa apa namanya...), berdiri stand Bus Damri. Kita langsung tanya berapa dan kapan bus ke Senggigi akan berangkat. Penjaga stand langsung merobek dua karcis bus dengan harga Rp30.000 sambil menunjuk bus di belakang kami yang siap berangkat.
Sebelum kami berterima kasih, si penjaga sempat memberi kami "kartu nama" Damri Lombok (sayang sebelum saya pulang kartunya hilang, tapi saya masih simpan kontak Damri Senggigi--yang bisa dilihat di akhir tulisan ini). Fyi, kartu Damri ini penting banget kalau kita masih membutuhkan jasa Damri sewaktu akan balik lagi ke bandara. Isinya nomor-nomor telepon bus dari berbagai pool yang bisa dihubungi. Pengalaman saya ketika akan pulang, saya menghubungi nomor Bus Damri dari Senggigi agar dijemput di dekat daerah penginapan, dan benar saja, kami dijemput--pokoknya pelayanan mereka OK deh!
Sebelum kami berterima kasih, si penjaga sempat memberi kami "kartu nama" Damri Lombok (sayang sebelum saya pulang kartunya hilang, tapi saya masih simpan kontak Damri Senggigi--yang bisa dilihat di akhir tulisan ini). Fyi, kartu Damri ini penting banget kalau kita masih membutuhkan jasa Damri sewaktu akan balik lagi ke bandara. Isinya nomor-nomor telepon bus dari berbagai pool yang bisa dihubungi. Pengalaman saya ketika akan pulang, saya menghubungi nomor Bus Damri dari Senggigi agar dijemput di dekat daerah penginapan, dan benar saja, kami dijemput--pokoknya pelayanan mereka OK deh!
Berhubung Damri tercepat sudah akan berangkat, kita berdua langsung naik--padahal pinginnya foto-foto dulu di depan bandara buat update status... Bus yang kita tumpangi akan menempuh jalur Mataram-Senggigi, jadi kita langsung bersiap-siap dengan kamera dan note di handphone untuk merekam setiap daerah yang dilewati bus.
Damri dari bandara mampir terlebih dahulu di pool Mataram yang ada di Jalan Teguh Faisal, Sweta. Di sana bus berhenti sejenak untuk menurunkan penumpang, setelah itu bus akan kembali melanjutkan perjalanan hingga ke pool Senggigi. Tinggallah beberapa penumpang: saya dengan adik saya beserta dua pasang wisatawan lokal.
Di bus saya sempat beberapa kali bertanya-tanya dengan sang supir yang baik hati, begitu juga dengan salah satu pasangan lokal yang sepertinya juga baru pertama kali datang ke Lombok. Karena kami sama-sama duduk di dekat supir, saya ikut-ikutan dengerin obrolan si pasangan ini dengan supir. Sampai ketika si pria dari pasangan tersebut bertanya soal pasar (Pasar Kebon Roek) yang kami lewati, sang supir pun menjelaskan dan menawarkan diri untuk mengantarkan mereka ke pasar tersebut dengan bus Damri-nya!
Awalnya saya juga kaget dengan pernyataan sang supir yang mau membantu wisatawan ke tempat tertentu padahal itu jelas-jelas di luar jobdesk mereka, tapi setelah dua hampir tiga hari di Lombok saya paham kalau itu memang kearifan lokal masyarakat di sana. Mau supir angkot, supir bemo, bahkan supir Damri sekaligus mereka mau membantu penumpangnya bener-bener sampai 'tujuan'.
Pernah suatu kali kita naik bemo (angkot) di Cakranegara. Di tengah jalan, seorang ibu meminta izin kepada penumpang lainnya karena ia minta diantar ke rumahnya terlebih dulu. Sang supir pun berputar arah dan masuk ke gang-gang sempit sampai akhirnya ibu tersebut didrop tepat di depan rumahnya. Ada lagi waktu saya dan adik saya naik bemo untuk pertama kalinya, supir bertanya apa kita udah beli oleh-oleh. Saya pun iseng-iseng bertanya di mana tempat yang murah untuk beli oleh-oleh murah. Langsung deh kita diantar ke toko oleh-oleh Lestari--tanpa biaya tambahan dan supir pun mau menunggu sampai kita selesai belanja. Terus waktu kita pulang naik Damri, sang supir menawarkan diri untuk mengantar kita ke Pantai Kuta yang ada di selatan Lombok dan 30 menit dari Praya, padahal kita waktu itu dari Senggigi. Siapa yang nggak mau coba? Tapi berhubung jarak tempuh dengan waktu keberangkatan pesawat kita mepet, nggak jadi deh.
Selama tiga hari dua malam, kita menginap di sebuah hostel sederhana yang bernama La Casa Homestay (CP bisa diliat di foto brosur). Hostel tersebut dikelola oleh pasangan campuran (bulutangkis kali) Indonesia-Perancis. Pasangan tersebut sudah hampir 16 tahun tinggal di Lombok dan membangun usaha penginapan mereka. Sebelumnya saya mengetahui hostel tersebut dari situs booking.com dan sudah memesan kamar yang paling murah untuk satu hari.
Brosur La Casa Homestay (klik untuk memperjelas) |
Rencana awal sebenarnya saya merencanakan untuk menginap sehari di sana lalu pindah ke penginapan lain di Mataram yang biasanya lebih murah daripada kebanyakan penginapan di Senggigi. Kemudian saya sempat galau setelah bertanya-tanya kepada Michelle sang pemilik hostel yang berpendapat kalau Mataram 'kurang pemandangan', terlalu ramai, panas, blah blah, serta alasan karena kita pergi bawa koper (padahal ngakunya backpacker). Akhirnya saya memutuskan untuk memperpanjang rencana menginap di La Casa Homestay.
(Gambar di bawah: kehidupan perkampungan "Bali" di belakang homestay kami)
Selama di Senggigi, saya lebih banyak jalan-jalan di pinggir pantai. Dari hostel, pantai cuma berjarak 150 meter, dari situ siapa pun bisa jalan di sepanjang pinggir pantai Senggigi yang nggak ada batasnya! Di sepanjang pinggir pantai Senggigi ada kampung nelayan, hotel, restoran, kampung nelayan, hotel, warung makan, begitu seterusnya. Kalau dari pinggir pantai Kota Senggigi yang selalu ramai turis, kita bisa menyewa perahu yang bisa membawa kita menjelajah pantai barat Lombok. Harganya? Beragam, tergantung jumlah penumpang yang mau menyewa dan musim liburan. Kalau lagi musim sepi, perahu bisa disewa Rp700.000 (Sumber: abang perahu).
Dari pantai dengan tempat kita menginap, kita kemudian pergi ke pusat kota Senggigi dengan bemo. Lalu kita turun di Art Market, pusat oleh-oleh di Senggigi. Dari sana kita kembali main ke pantai. Berbeda dari sebelumnya, daerah di sana kampung nelayan tidak nampak dan digantikan dengan kedai makanan, resort, hotel, yang dipenuhi bule atau orang asing.
Di Mataram, kita sempat jalan-jalan di Mall Mataram yang ada di jalan Pejanggik, Cakranegara. Coba liat-liat ke dalam, ternyata isinya nggak terlalu ketinggalan dengan mall standard di Jakarta. Beberapa outlet yang keliatan asik dan asing ditemui di Jakarta juga ada di sana. Bahkan di lantai atasnya ada lapangan futsal untuk umum dan di sebelah luar lantai dasar ada 'water boom'! Keren banget loh! :D
Sore terakhir di Lombok, kita habiskan dengan menunggu matahari terbenam di pinggir pantai terdekat. Kurang lebih dua jam kita di sana, pantai serasa milik kita berdua! Sejak awal kita datang pantai sudah sepi wisatawan, karena memang sedang bukan musim liburan. Sore itu di pantai hanya ada beberapa anak dari warga lokal dan sejumlah wisatawan yang sekedar lewat.
Dari pantai dengan tempat kita menginap, kita kemudian pergi ke pusat kota Senggigi dengan bemo. Lalu kita turun di Art Market, pusat oleh-oleh di Senggigi. Dari sana kita kembali main ke pantai. Berbeda dari sebelumnya, daerah di sana kampung nelayan tidak nampak dan digantikan dengan kedai makanan, resort, hotel, yang dipenuhi bule atau orang asing.
Di Senggigi ada lima transportasi umum: bemo (ada 2 macam), taksi, cidomo, dan ojek. Bemo di sana beroperasi dari pagi hingga sekitar jam 5 s.d. 6 sore. Tarif bemo per kepala mulai dari 3 ribu sampai 5 ribu untuk jarak dekat hingga sedang. Untuk taksi, cidomo dan ojek, saya kurang tahu karena kemarin belum pernah coba naik, tapi menurut yang saya dengar sih taksi dan ojek ongkosnya standar. Ada sewa sepeda nggak? Ada, tapi lebih baik kita minta bantuan pemilik penginapan (kalau di penginapan tidak disediakan). Sewa sepeda satu hari bisa dikenakan tarif Rp50.000 sampai Rp60.000.
Sewaktu di Senggigi kita juga pernah pergi ke warung makan kecil pinggir jalan untuk makan siang. Bukan makan makanan khas Lombok sih (kita sama sekali nggak sempet nyobain kuliner khas sana...), kita cuma beli nasi campur. Nasi campur satu porsi Rp10.000 isinya nasi plus sayur buncis, tempe orek, paha ayam, dan dendeng basah balado! Wuiiih, orang Jakarta yang lama nggak makan daging karena susah beli pasti bakal ngiler! Malam besoknya kita coba ke warung Padang, berharap bisa puas seperti di warung makan kemarin, kita beli seporsi nasi rendang, tapi ternyata harganya standard saudara-saudara. Nasi plus secuil daging rendang dihargai Rp11.000 ┐(".)┌
Hari kedua kita mencoba berangkat ke Mataram. Dari Senggigi kita naik bemo sampai Ampenan dengan biaya Rp 3.000 per kepala (lebih mahal kalau dari penginapan ke Kota Senggigi). Lalu dilanjutkan dengan angkot kuning yang memang hanya beroperasi di Kota Mataram. Perjalanan dengan angkot kuning dikenai biaya Rp4.000 jauh/dekat.
Ngomong-ngomong angkot kuning itu satu-satunya di sana karena tidak ada angkot dengan trayek lain--keterbatasan transportasi umum agaknya memang menjadi masalah di Lombok.
Mall Mataram |
Karena Kota Mataram terbilang kecil, di sana gedung-gedung pemerintahan dan tempat-tempat penting lainnya dibangun berdekatan. Agak ke pinggir, jalan mulai dipagari berbagai macam ruko. Sangking kecilnya, kita mungkin bisa keliling Mataram dalam waktu sehari saja.
Sore terakhir di Lombok, kita habiskan dengan menunggu matahari terbenam di pinggir pantai terdekat. Kurang lebih dua jam kita di sana, pantai serasa milik kita berdua! Sejak awal kita datang pantai sudah sepi wisatawan, karena memang sedang bukan musim liburan. Sore itu di pantai hanya ada beberapa anak dari warga lokal dan sejumlah wisatawan yang sekedar lewat.
Biaya yang dikeluarkan selama 3 hari 2 malam di Lombok*:
Tanggal 19:
1. Ongkos Bus Damri Rp30.000
2. Makan siang Rp10.000
3. Ongkos bemo ke Kota Senggigi PP Rp10.000
Tanggal 20:
1. Jajan Rp10.000
2. Ongkos bemo ke Ampenan Rp3.000
3. Beli oleh-oleh snack khas Lombok @ Toko Lestari Rp100.000 (4 macam snack)
4. Ongkos bemo di Mataram Rp4.000
5. Makan siang Rp10.000
6. Ongkos bemo Mataram-Ampenan Rp4.000
7. Ongkos bemo Ampenan-Senggigi Rp3.000
8. Makan malam: Nasi Padang + rendang Rp11.000
Tanggal 21:
1. Bayar penginapan 3 hari 2 malam Rp258.000*
2. Beli oleh-oleh souvenir Lombok di Bandara (1 small crossbody bag + gelang 3 biji per pack) Rp60.000
3. Ongkos Bus Damri Rp30.000
Total: Rp543.000
*Biaya per kepala
**Kamar untuk dua orang
Info tambahan:
Nomor kontak Damri Senggigi 087864523277 (SMS atau telepon)
Tanggal 19:
1. Ongkos Bus Damri Rp30.000
2. Makan siang Rp10.000
3. Ongkos bemo ke Kota Senggigi PP Rp10.000
Tanggal 20:
1. Jajan Rp10.000
2. Ongkos bemo ke Ampenan Rp3.000
3. Beli oleh-oleh snack khas Lombok @ Toko Lestari Rp100.000 (4 macam snack)
4. Ongkos bemo di Mataram Rp4.000
5. Makan siang Rp10.000
6. Ongkos bemo Mataram-Ampenan Rp4.000
7. Ongkos bemo Ampenan-Senggigi Rp3.000
8. Makan malam: Nasi Padang + rendang Rp11.000
Tanggal 21:
1. Bayar penginapan 3 hari 2 malam Rp258.000*
2. Beli oleh-oleh souvenir Lombok di Bandara (1 small crossbody bag + gelang 3 biji per pack) Rp60.000
3. Ongkos Bus Damri Rp30.000
Total: Rp543.000
*Biaya per kepala
**Kamar untuk dua orang
Info tambahan:
Nomor kontak Damri Senggigi 087864523277 (SMS atau telepon)
tiket pesawatnya tuker millage garuda ya..
BalasHapustiket konsesi garuda hehe
HapusBoleh mnta CP penginapan LA CASA nya ??
BalasHapusMohon infokan sms ke 089604472027
Atau email sya arnaylayola@yahoo.co.id
Makasiih sebelumnya :D
Yola
Maaf ya klo responnya telat. Infonya sudah saya kirim lewat email.
HapusBoleh mnta CP penginapan LA CASA nya ??
HapusMohon infokan sms ke 08981451073
Atau email sya duwi_deliyanti@ymail.com
Makasiih sebelumnya :D
Duwideli
bisa minta nomer telp pool bus damri yg tertera di kartu nama?
BalasHapussaya mau ke lombok, rencana mau nginep di senggigi, datang dg pesawat jam 10 malam, pulangnya ambil penerbangan jam 7 pagi.
makasih
Aduh, saya telat nggak kalau bales sekarang? Nomornya 087864523277 bisa SMS atau telepon langsung :)
Hapusboleh saya minta kontaknya?saya mau ke lombok brangkat tanggal 1 nanti
Hapusada angkutan dari mataram ke pelabuhan bangsal (gili trawangan)?
BalasHapusKalau angkutan umum nggak ada sih. Kalau ke sana bisa sewa mobil (atau bemo) atau perahu.
Hapusingin bertanya. bagaimana untuk sewa mobil? perlu supir atau tidak? ada nombor telefon untuk dihubungi?
Hapussaya brgkat ke Lombok hari ini flight jam 13. sampai di Lombok malam soalnya ganti pesawat. damri masih Ada sampai jam brp yah kalo boleh tau?
BalasHapusBlh minta no telp penginapannya? Saya ke Lombok tanggal 1 Jan 2015.terima kasih
BalasHapus@Anonymous silakan liat di foto brosurnya di atas
BalasHapusHappy holiday all!
Bisa minta cp lacasa.nya? Nawatriwijaya@yahoo.com
BalasHapusMb blh mnt cp lacasany iboh1@yahoo.co.id
BalasHapusMba kalo bus damri jam 8 malam keatas masih ada atau tidak? Kalau tidak ada transportasi ke sengigi selain damri jam segitu apa ya?
BalasHapusTerakhir ke Lombok Mei 2015, Damri ke Senggigi masih tersedia setelah pesawat paling malam, sekitar jam 10. Ada lagi (dari Senggigi) kira-kira satu jam sebelum penerbangan paling pagi. CMIIW
HapusHi Erika, rencananya akhir tahun ini mau ke Lombok.
BalasHapusDari pool damri di senggigi ke penginapan bisa naik kendaraan apa ya?
apa di drop di depan penginapan?
Thankyou :)
Waduh maap baru balas.. Penginapannya di mana? Kalau Damri pastinya cuma bisa lewat jalan besar di jalurnya. Tanya alamatnya ke supir bus mungkin bisa membantu supaya bisa diarahin ke mana selanjutnya
Hapusinfonya keren... ayo ke lombok lagi
BalasHapusYok. Ada yang mau sponsorin? 😆
Hapusmakasi buat reviewnya Erika..sangat membantu sekali karena saya akan menjelajahi lombok..http://www.psikiaterbandung.com
BalasHapus