Bandung memang sudah menjadi tempat alternatif untuk liburan singkat di akhir pekan yang biasa buat orang Jakarta. Kali ini saya pun diajak teman saya untuk melipir ke salah satu daerah wisata di Bandung, yaitu Lembang.
Awalnya sih ingin coba tiket promo 70 ribu dalam rangka HUT KAI September ini. Kebetulan kita bisa dapat tiket PP kereta eksekutif Argo Parahyangan.
Awalnya sih ingin coba tiket promo 70 ribu dalam rangka HUT KAI September ini. Kebetulan kita bisa dapat tiket PP kereta eksekutif Argo Parahyangan.
Hari Jumat malam saya dan teman-teman seperjalanan menginap di Stasiun Gambir. Walaupun udah dari lahir di Jakarta, itu kali pertama saya ke sana dan menginap di sana pula. Kita stay di ruang tunggu, jadi jangan harap bisa tidur selonjoran di kursi, karena satpam jaga selalu akan membangunkan siapa saja yang ketahuan tidur "gelempangan".
Walaupun agak berat tidur sambil duduk dan bangun melek bangun melek, Adzan Subuh bikin kita segeran dan siap naik kereta jam 5 pagi.
Walaupun agak berat tidur sambil duduk dan bangun melek bangun melek, Adzan Subuh bikin kita segeran dan siap naik kereta jam 5 pagi.
Waktu tiga jam di kursi kereta eksekutif sangat lumayan untuk melanjutkan tidur dengan lebih nyaman, huuuy. Kemudian kita sampai hampir jam 9 pagi di Stasiun Hall Bandung. Setelah bersih-bersih sebentar di toilet dan wefie-an pastinya, kita segera keluar untuk menjemput angkot yang akan membawa kita ke Lembang!
Untuk ke Lembang, dari depan stasiun kita naik angkot warna krem. Angkot ini agak lebih besar dari angkot yang berwarna-warni lainnya, karena jenisnya Colt. Kalau ingin tahu trayek angkot krem ini lewat jalan mana, cek di sini. Ongkos dari tengah kota Bandung ke Lembang merogoh kocek Rp10.000.
Di sana kita sempatkan waktu kurang dari dua jam untuk makan siang, foto-foto pastinya, dan mencoba kuda tunggang lengkap dengan atribut cowboy, YIHAAA! Walaupun cuma satu putaran naik kuda persilangan Sumbawa-Australia yang masih bocah (menurut kakang pemandu) kurang dari dua puluh menit, tapi sensasi cowboynya dapat lah.
Setelah bayar Rp5000 ke supir angkot, kita turun di seberang toko swalayan sebelum pertigaan menuju pintu masuk Dusun Bambu. Antara pertigaan sampai Dusun Bambu berjarak 500 meter. Ada banyak ojek yang bisa mengantarkan kita ke sana, tapi waktu itu saya dan teman saya memutuskan untuk berjalan kaki.
Dusun Bambu adalah sebuah ekowisata dalam bentuk konservasi bambu dengan 7E: Edukasi, Ekonomi, Etnologi, Etika, Estetika, dan Entertainment, begitu konsep mereka. |
Di sana kita jajan sedikit dengan voucher yang bisa digunakan untuk "uang belanja". Nggak cuma bisa makan-makan, di sana kita juga bisa makan di sarang burung raksasa, berkemah, menginap di rumah-rumah bambunya, atau sekadar foto a la Syahrini di tengah rerumputan berbunga-bunga.
Sebelum jam tiga sore kita kembali pulang dengan angkot yang sama ke Stasiun Bandung. Tapi berhubung kereta pulang jam setengah tujuh malam, kita memutuskan untuk jalan-jalan sebentar di Alun-Alun Bandung. Dari stasiun kita naik angkot warna hijau yang melalui Masjid Raya, lalu kembali dengan angkot merah dari Pasar Baru, masing-masing bayar Rp4.000.
Kesimpulannya, perjalanan gembel seperti kita yang gembel ini memang cukup menguras receh, tapi bagaimanapun tetap menyenangkan, kok! Holiday yo yoli yoli yoli dei~
salam kenal bang ,,gue mau tanya nie kira2 estimasi biaya main kebandung kemarin brp ya,,,, thanks sebelumnya atau bisa di bales ke email gue bang, choirul_ahmad123@hotmail.com
BalasHapusAku uni-uni loh, bukan bang 😅 Harga ya? Kereta PP jadi 150 ribu. Ongkos keliling dengan rute jalan2 kemarin dan tiket masuk sekira 50 ribu. Kalau sama makan, naik wahana bisa 100 ribu lebih sendiri... Ongkos angkot kemungkinan nggak berubah, yang bisa diteken dari makan sama naik wahana aja sih. Happy holiday! *maap telat balesnya
HapusThanks sudah berbagi pengalamannya ya sis ^_^
BalasHapusSama-sama :)
Hapus