Musim Hujan di Gunung Cikuray (Via Pemancar)

Pengalaman kedua naik gunung dan pertama ke Merbabu, menjadi berkah untuk saya, selain berkah musim hujan. Saya diajak oleh kenalan untuk menginjakkan kaki di Gunung Cikuray. Gunung yang berada di wilayah Garut, Jawa Barat, ini bertetangga dengan Gunung Papandayan dan Gunung Guntur. Tingginya cuma *baru tiga kali naik gunung aja udah sok* 2821 meter di atas permukaan laut, tapi jalur pendakiannya luar biasa.


Perjalanan kali ini adalah share-cost trip yang diprakasai oleh wanita petualang bernama Sarah yang berhasil mengumpulkan 17 orang. Hari Jumat malam, di akhir Bulan Februari itu kita berangkat dari Terminal Rambutan. Untuk sampai ke sana kita naik bis tujuan Terminal Guntur, Garut (yang sama dengan tujuan kalau kita mau ke Papandayan), dengan ongkos 50 ribu.

Kita sampai di terminal pukul 5.30 which is molor daripada prediksi sebelumnya. Setelah itu kita melanjutkan perjalanan dengan naik mobil bak terbuka yang mengantarkan kita ke gerbang jalur Pemancar (satu dari tiga jalur pendakian Cikuray, selain jalur Bayongbong dan Cikajang). Satu mobil disewa dengan maksimal kapasitas dikali 45 ribu per orang untuk waktu tempuh tiga jam.


Bos Sarah
Menuju gerbang Pemancar, mobilnya keberatan ditanjakan...
Jam 09.00 pagi kita sampai di Pemancar. Sesuai namanya, Pos Pemancar, yang berada di wilayah perkebunan teh nusantara (PTPN) VIII ini, memang jadi tempatnya menara-menara pemancar stasiun televisi. Di sekelilingnya terdapat perkebunan dengan vegetasi alami yang indah, yang membuka perjalanan kita.

Setelah registrasi dan bayar 10 ribu, packing ulang, pemanasan, bagi-bagi tugas, dan berdoa, kita berangkat. Saya sendiri ditarik untuk jadi tim di barisan paling depan -__-" bersama tiga orang lainnya yang saya dengar dari cerita mereka sudah jauh lebih dewa daripada saya. 

Setelah mendaki beberapa saat kita bertemudengan pos "selamat datang" di mana pendaki bersama tim harus kembali menuliskan identitas. Di sana juga ada sumber air untuk perbekalan, mengingat di atas tidak ada lagi sumber air.


Maafkan wajah cengo teman saya ini...
Satu jam pertama perjalanan kita melewati jalur terbuka dengan anak tangga dari tanah. Kita masih bisa melihat pemandangan perkebunan di bawah dan puncak pegunungan yang indah. Beberapa bagian jalur di beri papan petunjuk dengan nama unik, ada Tanjakan Cihuy, Tanjakan Sakti, Tanjakan Ambang, dan sebagainya. Lalu kita akan masuk ke wilayah hutan tiada akhir *well, ada akhirnya sih, tapi di puncak!

Gunung ini punya tujuh pos dengan beberapa pos bayangan, tapi saya lupa di mana aja... Pos 1, 2, 3 jaraknya berjauhan. Baru setelah tiga pos itu, pos-pos yang lain saling berdekatan jaraknya. Jalur pendakian terus menanjak tanpa bonus sama sekali! *kajamnya Cikuray... Mencoba membandingkan dengan pengalaman mendaki Merbabu via Cuntel, jalur Cikuray memang lebih curam dan sering membuat pendaki harus memanjat daripada mendaki, tapi itu masih terbantukan dengan akar-akar pepohonan.
Bagi banyak pendaki pemula, Cikuray memang menantang mental dan raga. Tapi, bagi "pendaki profesional", seperti beberapa teman seperjalanan yang saya wawancarai, gunung ini sering dijadikan tempat latihan atau tempat melepas kangen bila sudah lama tidak naik gunung. Subhanallah, ya!
Kejamnya jalur pendakian Cikuray akan lebih kejam lagi saat musim hujan. Meski matahari pagi hari itu menyengat, sekira pukul 12 siang langit di atas jalur pendakian mulai mendung dan kabut gunung mulai menyergap. Waktu itu saya dan tiga teman lainnya sudah sampai di Pos 3. Tiba-tiba hujan turun dengan tetesan besar-besar. Walaupun hutan cukup rapat, tapi itu nggak cukup melindungi kita. Sudah pakai jas hujan, tapi kita nggak bisa lanjut, karena jalur yang licin. Akhirnya kita terpaksa mengeluarkan flysheet untuk diam sementara menunggu hujang reda.

Setelah hujan reda, kita mulai melanjutkan perjalanan yang semakin berat. Pos 5 dan Pos 6 yang memiliki lahan untuk mendirikan tenda sempat menggoda kita untuk berhenti. Tapi akhirnya kita berempat terus maju sampai di pos terakhir sebelum puncak atau puncak bayangan pada pukul 15.00 sore! Yay!

Sesampainya di sana, kita nggak bisa lama-lama merayakan kesuksesan, karena hujan lagi-lagi turun dan menyulitkan usaha kita membuat tenda. Dua orang dari tim kita menyusul dan membangun tenda kedua. Setelah berhasil mendirikan tenda-tenda kami, kita bertujuh pun masak-masak dalam kondisi becek dan berlumpur *kumpul ora kumpul sing penting mangan! Lalu kita tidur sore, dalam satu tenda--tenda lain dibiarkan untuk teman lain yang mungkin akan menyusul.

Malamnya, kita bangun untuk makan malam. Di tenda sebelah ternyata sudah diisi dua teman kita lain, yaitu Sarah dan satu cowok. Mereka pun gabung bareng kita, untuk ngobrol merencanakan misi muncak besok. Sebenernya sih nggak gitu juga, mengingat puncak cuma lima menit dari tempat kita kemah. Tapi mengingat ada belasan teman lainnya memutuskan tinggal di Pos 6, kita harus memastikan agar besok bisa pulang bareng. Rencana hanya rencana, kita nggak tau kondisi besok akan seperti apa.

***

Subuh, satu per satu dari kita bangun untuk muncak. Pendaki lain pun sudah ramai berbondong-bondong mendaki jalan menuju puncak yang sesungguhnya. Puncak yang terkenal dengan pemandangan khas yang bisa dilihat di sekelilingnya di pagi hari. Ya, kombinasi cahaya matahari terbit dan lautan awan adalah yang paling diburu para pendaki Gunung Cikuray.





Inilah kita!

Jam 08.00 kami mulai merapikan perlengkapan masing-masing dan tenda sebelum akhirnya berangkat turun sekira jam 09.00. Di luar ekspektasi kita, tiba-tiba hujan turun ketika kami masih mengumpulkan sampah untuk dibawa turun. Mengingat tidak banyak dari kita yang tidak membawa banyak jas hujan, akhirnya kita mengandalkan kantong sampah untuk dijadikan jas hujan seadanya. 

Tips: bawa lebih dari satu jas hujan (murah) saat akan naik gunung di musim hujan, untuk naik dan turun. Atau bisa juga membuat jas hujan dadakan dari kantong sampah yang cukup besar untuk menutupi badan. Dari kantong sampah yang berbentuk persegi panjang, potong salah satu ujungnya dengan bentuk sabit tipis (panjang bisa menyesuaikan wajah) untuk bagian kepala, lalu lubangi tengahnya pada dua lapisan plastik untuk lubang lengan. Walaupun nggak bisa nutuipin lengan, tapi lumayan untuk melindungi kepala.

Saat pulang kita kembali terpisah-pisah, kecuali saya dan tiga teman di awal kemarin yang bisa saling mengikuti. Sarah dan teman cowoknya harus tertinggal karena Sarah mengalami kecelakaan kecil. Belasan teman yang lain di Pos 6 sama sekali belum siap pulang hingga akhirnya kami diminta untuk jalan terlebih dulu. Dua teman lainnya yang turun bersama saya juga berpisah dari pandangan sampai kita turun dengan kondisi halai balai sekira jam 15.00.


Hujan terus mengguyur sampai kita pulang naik mobil bak terbuka

Hujan benar-benar membuat Cikuray lebih ganas. Jalur licin, air hujan dan lumpur yang menempel berat di sandal gunung (yang benar-benar menyulitkan langkah saya), di pakaian dan tubuh kami, adalah oleh-oleh yang kami bawa setelah turun gunung. Di Pos Pemancar, di mana ada jejeran warung, tempat duduk, dan kamar mandi, kami tinggal sejenak untuk menunggu teman-teman lain yang mungkin segera menyusul kami. Namun, satu orang dari kami memutuskan untuk pulang duluan. Yang lain menyutujui, begitu pun saya yang tidak mau ditinggal sendirian. Walaupun kita kejam, tapi keputusan itu memang yang terbaik, karena kabarnya mereka sampai di Pos Pemancar jam 19.00!

Waktu tempuh

Naik dan turun: -+6 - 7 jam

Komentar

  1. iseng2 liat alexa rank dapet tautan dimari ^.^
    ralat dikit say, bukan open trip tapi share cost trip :P
    moga next bisa jalan bareng lagi tanpa misah2 ya T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Blog aku yang diliat rank.y mba? X) Sori bos, udah diralat kok. Kalo berbelasan gitu emang susah ya bisa bareng.. :(

      Hapus

Posting Komentar