Jaga Ekosistem Laut dengan Aksi Sederhana #NoStrawMovement

Pergi ke pantai, paling asik kalau kita sambil minum air kelapa atau minuman dingin, ya kan? Supaya praktis, biasanya minuman semacam itu disajikan dengan wadah plastik dan sedotan, supaya setelah selesai minum bisa langsung buang. Atau sengaja meminta sedotan karena alasan lebih enak minum dengan itu. Ya, nggak, sih?

Pernah nggak sih kita memikirkan ke mana dan bagaimana sampah sedotan plastik sekali pakai setelah dibuang? Tempat sampah? Ya, kalau kita membuangnya pada tempatnya. Kalau kondisi membuat kita membuangnya sembarangan di pantai? Hmmm... Ini bisa jadi masalah besar!

Ternyata sedotan plastik menjadi penyumbang sampah laut terbesar di dunia, loh. Menurut data yang ditemukan oleh Jambeck (2015) ternyata Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 1,29 juta ton per tahun!

Sementara itu, menurut data oleh LSM Divers Clean Action, pemakaian sedotan di Indonesia setiap saat mencapai 93.244.847 batang yang berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya.

Sampah sedotan yang dijumlahkan sehari kalau disusun bisa jadi batang sedotan super duper panjang, yang setara dengan jarak Jakarta - Mexico City sejauh 16.784 km. Jika diakumulasi menjadi jumlah sampah sedotan per minggu, bahkan bisa mencapai 117.449 km atau setara dengan jarak 3 kali keliling bumi!


Bahaya sampah sedotan plastik sekali pakai

Sampah yang rata-rata panjangnya lebih dari 10 cm ini bisa berbahaya buat lingkungan, loh! Walaupun kecil dan bisa hancur dalam waktu sebentar, bahan plastik tersebut tidak bisa benar-benar hancur karena didesain untuk tahan seumur hidup.

Coba deh kamu cari sampah plastik di jalan atau di mana pun, mungkin ada yang dipegang sudah remuk dan menjadi remahan. Tapi remahan plastik (mikroplastik) sampah sedotan itu bahaya kalau sampai termakan binatang kecil, seperti ikan, penyu, sampai plankton.


Kalau makhluk laut pemakan mikroplastik itu sampai termakan oleh manusia, efeknya juga bahaya untuk manusia--selain mengganggu ekosistem laut.

Oleh karena itu, tercetuslah #NoStrawMovement

Untuk mulai membangun kesadaran akan bahayanya penggunaan sedotan plastik sekali pakai dalam jangka panjang, serta kebiasaan membuang sampah sembarangan, No Straw Movement atau Gerakan Tanpa Sedotan pun dianggap penting dilakukan.

PT Fast Food Indonesia (KFC Indonesia) pun mencanangkan #NoStrawMovement sebagai komitmen kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Melalui gerakan ini, KFC Indonesia berani mengajak konsumen untuk turut peduli terhadap keselamatan laut dan kehidupannya dengan menolak sedotan sekali pakai saat memesan minuman di restoran KFC atau di mana pun mereka menikmati minuman.

Aksi #NoStrawMovement di Pulau Pramuka

Bersamaan dengan perayaan Hari Terumbu Karang Internasional yang dirayakan setiap tanggal 8 Mei, satu aksi nyata #NoStrawMovement dilakukan bersama banyak komunitas penyelam, media, dan blogger, dengan menengok dan membersihkan daerah yang menjadi tempat berakumulasinya banyak sampah, termasuk sampah sedotan plastik.

Aksi tersebut pun dilakukan di Kepulauan Seribu, tepatnya di Pulau Pramuka, pada 10 Mei 2017, yang juga diikuti oleh penulis. Mengapa di Kepulauan Seribu? Ini mengacu pada data yang dikumpulkan oleh Divers Clean Action selama setahun belakangan di bawah laut dan pantai Kepulauan Seribu.

Menurut data mereka, rata-rata terdapat 16 kg sampah di tiap 100 meter persegi luas perairan laut sekitaran Pulau Pramuka di kedalaman 5-13meter. Ditemukan juga rata-rata 18 kg sampah di tiap 100 meter garis pantai. Dari keseluruhan data, jumlah sampah sedotan mencapai 2.66 % dari total lebih dari 300 kg sampah yang terangkut dan terhitung dengan jelas.

Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan karena sedotan plastik bisa membahayakan ekosistem laut, seperti kasus hidung penyu yang tersangkut sedotan yang ditemukan di Kosta Rika. Sedotan plastik sendiri juga terbuat dari polypropylene dan didisain untuk tahan seumur hidup sehingga butuh waktu yang sangat lama untuk dapat hancur dan terurai.

Pada Rabu, 10 Mei, tersebut semua peserta #NoStrawMovemenet KFC Indonesia dan Divers Clean Action pun bertolak dari Dermaga Pantai Marina Ancol, Jakarta Utara, menuju Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu.

Disambut oleh pemerintah daerah setempat dan para pendukung aksi ini, kegiatan dimulai pertama kali dengan mengumpulkan sampah di sekitar pantai Pulau Pramuka. Adapun target utama yang dicari adalah sampah sedotan plastik, yang ternyata jumlahnya tidak sedikit!


Setelah itu, sampah yang dikumpulkan dari kegiatan pertama digabungkan dan disimpan terlebih dulu. Kemudian kegiatan kedua dilakukan untuk mengumpulkan sampah dari bawah permukaan air. Peserta pun dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok snorkeling dan diving.

Kegiatan mencari dan mengumpulkan sampah di bawah air ini dilakukan pada kedalaman sampai 10 meter--merujuk dari pengamatan sebelumnya. Lebih dari lima kelompok kecil kemudian disebar di sekitar pantai Pulau Pramuka untuk melakukan pengamatan dan pengumpulan sampah selama kurang lebih satu jam.


Harapan dari aksi #NoStrawMovement

Meski data sampah yang dikumpulkan belum selesai dihitung, tapi pengamatan selama aksi tersebut memperlihatkan betapa banyaknya sampah di sekitar pantai dan bawah laut Pulau Pramuka. ((Videonya ditunggu di kanal youtube penulis ya!))

"Sampah itu bagian dari kehidupan sehari-hari di sini, sehingga mungkin terbiasa dan kurang peduli dengan sampah. Sementara kerja fisik sering kita lakukan, ambil, buang, ambil, buang sampah. Tapi itu tidak akan selesai kalau tanpa ada aksi kepedulian, seperti yang dilakukan rekan-rekan yang rela datang ke Kepulauan Seribu hanya untuk memungut sampah.

Satu contoh lagi adalah kebiasaan minum dengan botol tanpa sedotan. Mudah-mudahan kedepan kita nggal lagi suka meminta sedotan kalau beli minuman," kata seorang perwakilan Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, yang juga diamini perwakilan pihak Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Kemudian, harapan dari penggagas gerakan, yaitu KFC Indonesia, pelanggan KFC khususnya tidak lagi bergantung dengan sedotan untuk minum. Nah, loh! Komitmen ini sudah disampaikan sebelumnya oleh General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia, Hendra Yuniarto.

“Untuk mendukung gerakan ini, gerai-gerai KFC tidak menyediakan dispenser sedotan, dan bagi konsumen yang memang membutuhkan sedotan dapat meminta kepada kasir kami. Sedotan merupakan penyumbang sampah laut terbesar kelima di dunia dan tidak dapat didaur ulang dan sebagian besar sampah sedotan hanya akan berakhir di pembuangan atau laut,” jelas Hendra.

Jadi, jangan kecewa ya kalau pas kalian makan di KFC, sedotan untuk minum nggak lagi disediakan. Selain itu, di kesempatan lain kalian butuh sedotan untuk minum, mungkin ditahan dulu atau pilih cara lain untuk minum seperti membawa botol atau tumbler sendiri dari rumah.

Yang terpenting lagi, yuk, mulai biasakan membuang sampah pada tempatnya--tidak di tanah terbuka, sungai, apalagi di laut :)

Komentar