Perjalanan ke Ujung Barat Indonesia: Kelas Inspirasi Pulo Aceh

Pengalaman pertama saya menginjakkan kaki di Banda Aceh, membuat saya makin penasaran mengenal Tanah Rencong lebih jauh. Di tengah ketatnya hukum syariah, kecantikan inong-inongnya, nikmatnya kuliner khasnya, Aceh juga memancarkan banyak potensi alam dan SDM yang boleh punya.

Ketika kegiatan sukarelawan yang saya geluti sebelumnya akan diselenggarakan di Pulo Aceh, saya pun antusias untuk kembali ke Aceh.


"Pulo Aceh?" tanya saya setelah salah satu teman Aceh saya, Afrizal, mengirimkan poster teaser Kelas Inspirasi Pulau Aceh di bulan Juli 2016.

"Pulau ujung negeri pertiwi," jawab anak Aceh lainnya, Mausir, dalam grup teman seperjalanan di Kelas Inspirasi Banda Aceh (KIBNA) sebelumnya.

"Pulo Aceh itu sebuah pulau kecil yang terpisah dari daratan Aceh kakak. Pendidikannya sangat jauh tertinggal. Padahal akses menuju Banda Aceh cuma 2-3 jam. Kami merasa anak-anak di pulo ini sangat membutuhkan inspirasi dan motivasi hidup," jelas Afrizal.

"Iya, karena anak-anak di sana kalau ditanya cita-cita pasti jawabnya hanya mau jadi nelayan atau berkebun," sahut Mausir.

"Kalau ditanya sama anak-anak, ada yang menjawab mereka bukan orang Indonesia dan Aceh. Mereka anak pulo. Miris... Tak masuk akal jika mendengar jawaban mereka. Tapi itulah fakta di lapangan," tambah Afrizal.

"Pernah anak ditanya tau di mana Solo? Nggak ada yang tahu. Terus presiden aja nggak semua kenal. Miris kak," timpal Mausir lagi.

Setelah itu saya kirim emot cemberut dan sedih. Miris banget ya kak dengernya?? Saya pun langsung berhasrat untuk ikut KI Pulo Aceh, karena gambaran kondisi sosial yang lebih menantang untuk ditengok. Selain itu, secara kondisi alam juga dikatakan masih cukup perawan dan indah.

Pulo Aceh adalah gugusan pulau yang terdiri dari Pulau Nasi dan Pulau Beras (Pulau Breueh). Keduanya masuk ke dalam bagian Kabupaten Aceh Besar dan posisinya lebih dekat dari Banda Aceh, daripada Banda Aceh ke Pulau Weh.

Ada cerita panjang dibalik bergabungnya saya pada kegiatan kali ini. Sempat galau berbulan-bulan, bahkan memikirkan itu bersama keinginan resign dari perusahaan tempat saya bekerja. Teman dari KI BNA yang awalnya ingin ke Pulo Aceh juga batal bergabung.

Pada akhirnya saya mengurungkan niat untuk resign dan membuat rencana nakal demi melancarkan niat saya.

Saya pergi tiga hari ke sana setelah cuti mendaki Gunung Kerinci bersama teman sekantor dan galau berbulan-bulan. Tiga hari untuk ke Pulo Aceh di hari kerja saya dapat dengan alasan sakit gejala demam berdarah #pengakuandosa. Kemudian weekendnya saya posting foto di Pulo Aceh, seolah-olah tiga hari izin dengan alasan "demam berdarah" tidak ada apa-apanya #bodoamat.

Alasan yang bandel ini nyatanya nggak membuat saya sial selama mengikuti kegiatan Kelas Inspirasi Pulo Aceh. Yang ada saya mendapat sahabat-sahabat baru, pengalaman mengarungi sisi lain perairan Samudera Hindia, serta menjejakkan kaki di dua pulau terluar Indonesia sekaligus.

Hari pertama, saya tiba di Aceh bersama satu kenalan dari Jakarta (*agak sedih karena peserta dari Jakarta lebih sedikit daripada waktu KIBNA 2015 lalu). Kemudian saya bergabung dengan teman-teman Aceh yang super di rumah salah satu penggiat daur ulang sampah. Kemudian kami berpencar, karena penempatan kami yang berbeda.

Ada relawan untuk sekolah di Pulau Nasi, juga Pulau Breueh. Untuk ke sana dari Banda Aceh, peserta harus naik kapal dari dua pelabuhan yang berbeda, yaitu Pelabuhan Lampulo dan Pelabuhan Ulee Lheue. Kebetulan saya mendapat penempatan untuk SD Kandang di Pulau Nasi. Kira-kira seperti apa perjalanannya? Tonton video di bawah ini ya ^^


*) Singkat cerita, di Pulau Nasi ini, tim saya menginap terlebih dahulu selama semalam di rumah warga yang baik hati mau menampung kami. Setelah jalan-jalan singkat di sore hari, malamnya kami membuat persiapan sebelum melaksanakan Hari Inspirasi selama setengah hari.

**) SDN Kandang memiliki kurang dari 100 murid dari kelas 1-6. Bangunan sekolah terbilang baru karena sebelumnya pernah rusak akibat hantaman tsunami 2004. SD Kandang pun dibangun dengan bantuan NGO asing dan kini memiliki fasilitas pendidikan yang cukup, seperti perpustakaan. Akses internet pun cukup kuat karena di depan sekolah terdapat menara pemancar jaringan telepon. Staf pengajar juga cukup banyak dan terbuka dengan kemajuan teknologi.

Mata pelajaran cukup variatif, di antaranya ada pelajaran Bahasa Arab. Di luar akademis, anak-anak juga dibiasakan dengan tanggung jawab piket kebersihan, sebelum dan sesudah kelas. Kantin sekolah yang sederhana juga melatih warga sekolah belajar jujur karena barang yang dijual tidak dijaga.

Walaupun tidak langsung mengajar atau berinteraksi dengan para murid, saya sedikit menemukan fakta menarik. Di antaranya, ada anak kelas tiga yang belum bisa mengintrepetasikan kata yang ingin ditulis dalam tulisan yang baik, contohnya 'pilot' menjadi 'piron'. Kemudian, tidak banyak murid mengenal profesi dua inspirator yang hadir di sekolah mereka, seperti jurnalis dan ahli komputer.

***) Karena kebetulan dokumentator di SD Kandang ada dua, jadi saya cuma buat video singkat aja. Ini video salah satu dari tiga relawan inspirator di SD saya.


****) Setelah Hari Inspirasi selesai, kami sempat niat mengunjungi makam Raja Kandang yang menjadi tokoh sejarah di Pulau Nasi. Sayang, awan tebal dan rintik hujan yang kemudian jadi hujan lebat membuat kita harus lari kebirit-birit kembali ke rumah.

*****) Siang itu juga kami harus mengejar kapal untuk menuju Pulau Breueh. Di sana, semua tim Kelas Inspirasi Pulo Aceh akan mengadakan evaluasi di malam harinya. Bisa dibilang ini puncaknya keseruan Pulo Aceh sih. Naik kapal lagi untuk pergi ke pulau yang nggak kalah indahnya dari Pulau Nasi dan ketemu lebih banyak teman untuk mendengar pengalaman masing-masing di Pulo Aceh.

******) Di sela-sela kegiatan Kelas Inspirasi, banyak dari relawan nggak lupa menikmati keindahan Pulau Nasi dan Pulau Breueh yang memang masih cukup perawan. Pantai pasir putihnya, pemandangan lautnya, sampai peninggalan sejarah banyak tersebar di Pulo Aceh. Sayang, saya dan tim di Pulau Nasi nggak punya waktu untuk main ke Mercusuar William Torren yang kece badai!

*******) Berhubung saya lagi malas nulis panjang, nikmati dulu foto-fotonya ya. Kalau ada pertanyaan silakan bertanya di kolom komentar heuhuehue

Anak-anak Pulau Nasi Aceh
Anak-anak Pulau Nasi
Kandang Squad
OTW Pulau Breueh
Pulau Breuh Aceh
Jalanan di Pulau Breueh (no filter!)

Ngalay di pantai Pulau Breueh (Fara, Mila, Maya, Erika) 
Mercusuar Willem Torren Pulau Breuh
Mercusuar yang belum kesampaian untuk didatangi T.T (Foto: Abang @Hengun22)
Moga-moga nggak sampai kayak abang ini yang halu gara-gara nggak kesampaian XD
The most 'ancur' team ever!!!
(Luthfi, Ryven, Fauzan, me, Reza, Fara, Andra, Fadhil)


Komentar

  1. Sejak dulu saya memendam keinginan untuk ke Aceh.
    sebenarnya di mana tempat yang paling mengesankan di sana ya?
    thank

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebetulan saya baru ke Banda Aceh dan Pulo Aceh ini kak Ina. Dua tempat itu berkesan menurut saya, karena beda juga dengan Ibukota x) Banda Aceh juga kebetulan kan baru beberapa tahun ini kembali dibangun, jadi cukup tertata. Kalau di Pulo agaknya masih tertinggal, tapi berkesan karena warganya ramah-ramah dan tempatnya indah karena di antara laut samudera.

      Hapus

Posting Komentar